banner 728x250

Di Antara Retaknya Akhlak dan Pudarnya Dakwah

  • Bagikan
banner 468x60

Cirebon Timur – hari ini tak hanya dihantui oleh jalan-jalan berlubang dan pembangunan yang timpang, namun juga oleh krisis moral yang makin nyata dan mencemaskan. Di tengah geliat pembangunan fisik, tampaknya pembangunan akhlak belum menyentuh akar persoalan masyarakat.

Di sejumlah titik strategis, dari pinggir jalan hingga kawasan terselubung, keberadaan Pekerja Seks Komersial (PSK) semakin menjamur. Bukan hanya menjadi rahasia umum, tetapi sudah menjadi pemandangan biasa yang terabaikan. Ironisnya, situasi ini semakin diperparah dengan kehadiran Tenaga Kerja Asing (TKA) yang keberadaannya tidak sepenuhnya terkendali. Mereka, yang seharusnya memberi kontribusi pada sektor industri, justru kerap terlihat dalam kondisi mabuk di tempat umum. Pemandangan miris seperti ini kerap kali terjadi di pusat-pusat keramaian.

Peredaran minuman keras tak kalah memprihatinkan. Miras menjadi barang yang mudah ditemukan, bahkan di tempat yang semestinya steril dari pengaruh negatif. Lebih mengkhawatirkan lagi, generasi muda kini semakin akrab dengan zat-zat adiktif. Obat-obatan terlarang menyusup masuk ke lingkungan pelajar dan pemuda desa. Cirebon Timur, yang dulunya dikenal dengan nilai-nilai religius dan kearifan lokal, kini digerogoti dari dalam oleh kelonggaran moral yang menyesakkan.

Dalam situasi seperti ini, masyarakat berharap pada panutan, pada sosok-sosok yang selama ini dijunjung tinggi: para kiyai, para tokoh agama. Namun sayangnya, sebagian dari mereka justru terlihat lebih aktif di panggung politik daripada di mimbar dakwah. Kiyai yang dulu akrab dengan masjid dan pesantren, kini lebih sering terlihat di ruang-ruang pertemuan elite kekuasaan. Akrab dengan pejabat, tetapi menjauh dari umat. Maka, bukan salah bila muncul rasa rindu terhadap suara dakwah yang menyentuh, mengingatkan, dan membimbing.

Kita tidak hendak menyamaratakan semua tokoh agama. Masih banyak yang istiqomah, masih ada yang tetap turun ke bawah, menyapa umat dengan kesahajaan. Tapi tak bisa dipungkiri, sebagian lainnya larut dalam hingar-bingar kekuasaan, lupa akan tanggung jawab moral dan sosialnya.

Cirebon Timur sedang berada di titik kritis. Bukan hanya soal ekonomi atau pembangunan fisik, tapi soal jati diri dan nilai-nilai luhur yang selama ini menjadi benteng masyarakat. Jika kondisi ini dibiarkan, tak hanya akhlak yang runtuh, tapi juga masa depan yang tercerabut dari akarnya.

Perlu ada gerakan bersama. Dari pemerintah yang lebih tegas dalam penertiban dan pengawasan, dari masyarakat yang berani bersuara dan menjaga lingkungan, serta dari para kiyai dan tokoh agama yang kembali ke hakikatnya: menjadi penerang jalan di tengah gelapnya zaman.(Red/Kabiro Cirebon)

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!