banner 728x250

Rakyat Miskin Terabaikan di Banyuwangi: Negara Hadir di Baliho, Tapi Menghilang di Pintu Rumah Warga,Bahkan Negara Lupa Siapa Tuan sebenarnya

  • Bagikan
banner 468x60

Banyuwangi, 23 April 2025 – Di balik gempita pembangunan dan banjir baliho wajah pejabat yang mengklaim peduli rakyat, masih ada warga miskin yang hidup di tepian nasib—terasing, terabaikan, dan seolah tak dianggap manusia oleh sistem yang mengklaim berjalan demi keadilan sosial.

Adalah AK (34), warga asli Kelurahan Lateng, Jl.Riau Gg.Berlian Rt 02 Rw 03 Kecamatan Kota Banyuwangi. Hidupnya digilas kenyataan. Tidurnya dilingkup kandang ayam, penghasilan tidak ada, dan sampai hari ini nol rupiah bantuan yang ia terima. “Setiap tahun didata, tapi hasilnya nihil. Kami yang lapar tidak butuh pendataan, kami butuh bukti bahwa negara masih tahu kami warganya.” kata AK menahan kecewa.

Yang lebih menyakitkan, warga yang hidup lebih layak justru berulangkali menerima bantuan. “Motor dua, rumahnya bagus, usahanya jalan—bantuan lancar. Kami? Diam dalam gelap. Negara ini pilih kasih. Yang bersuara keras dan dekat kekuasaan yang dapat segalanya,” lanjutnya.

Menanggapi situasi ini, Ketua Umum Laskar Prabu Wangi, Ketua Laskar Tawang Alun cabang Banyuwangi Wahyu wijaya, yang juga Direktur Media Matadunia.co.id dan Milik-Rakyat.com, menyampaikan kritik tajam terhadap Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

“Saya katakan terus terang, ini bukan lagi kelalaian. Ini pengabaian sistemik! Negara hanya hadir di spanduk dan panggung peresmian, tapi menghilang di depan pintu rumah rakyat miskin. Jika pemerintah tidak tahu, itu kebodohan. Tapi kalau tahu dan diam, itu pengkhianatan!” tegasnya.

wahyu wijaya menuding bahwa program bantuan sosial selama ini hanyalah alat pencitraan yang dimainkan menjelang dan sesudah tahun politik. “Rakyat dijadikan objek konten. Bantuan dibagikan sambil senyum ke kamera, padahal ada ratusan warga yang mati perlahan karena kelaparan dan putus asa. Ini kejahatan moral!”

Ia menuntut Pemerintah Kabupaten Banyuwangi segera melakukan audit terbuka terhadap data penerima bantuan, dan melibatkan ormas, media independen, serta tokoh masyarakat. “Cukup sudah rakyat dihina dengan dalih ‘salah data’. Kalau sistemnya busuk, semua data akan jadi pembenaran kebohongan,” ucapnya.

Kisah AK hanya satu. Tapi ia mewakili ribuan suara yang dikubur diam-diam oleh birokrasi yang lebih peduli laporan daripada penderitaan. Banyuwangi harus bercermin: apakah pembangunan itu nyata, atau hanya dinding palsu yang menutupi jurang kemiskinan yang dalam?.

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!